Langsung ke konten utama

KECEMASAN OLAHRAGA

POLA KECEMASAN PADA ATLET PARALYMPIC
 (OLAHRAGA KHUSUS ATLET DISABILITAS)
(Sebuah Studi Pendahuluan)

Bekti Irawan
(Bekti.awan-2014@psikologi.unair.ac.id)

Program Magister Sains Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga

Abstrak
Pada penelitian ini menganalisis mengenai pola kecemasan yang dimiliki para atlet dengan disabilitas, karena atlet dengan disabilitas ini pasti memiliki pola kecemasan yang berbeda dari atlet normal. kecemasan dianggap merupakan faktor yang dapat menghambat penampilan dan prestasi atlet. Ketika pola kecemasan dapat diketahui sejak awal, pihak tim akan mampu melakukan intervensi yang dapat memaksimalkan dan mengelola kecemasan para atlet dengan disabilitas ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara pengumpulan data wawancara yang berupaya untuk mengetahui pola kecemasan dari atlet dengan disabilitas ketika akan bertanding dengan subjek 4 orang atlet disabilitas dan 1 orang staf pelatih. Teknik analisis data menggunakan analisis tema (Thematic analysis). Hasil dari penelitian ini faktor internal menunjukan bahwa atlet dengan disabilitas menunjukan trait anxiety yang tinggi ketika akan menghadapi pertandingan. Kecemasan ini lebih dominan ditimbulkan akibat Fear of Failure (ketakutan akan mengalami kegagalan). Ada pula atlet disabilitas yang memiliki  tingkat kecemasan rendah karena hanya mencemaskan strategi lawan yang akan diterapkan pada pertandingan dan menganggap lawan lebih unggul dari diri atlet disabilitas ini, sedangkan faktor eksternal yang sering timbul namun tidak begitu berdampak pada kecemasan atlet disabilitas adalah banyaknya penonton yang didalam area pertandingan.
Bahwa atlet dengan disabilitas memiliki pola kecemasan kompetisi yang rendah cenderung mampu mengendalikan rasa cemas mereka sesaat akan bertanding.

Kata Kunci : Kecemasan, Atlet Disabilitas


Olahraga prestasi yang lazimnya hanya dilakukan oleh atlet normal bertubuh fisik proposional yang tidak memiliki kecacatan, namun penyandang disabilitas juga bisa mengikuti olahraga prestasi seperti pada orang lain pada umumnya, olahraga bagi penyandang cacat olahraga yang khusus dilakuakan sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan atau mental seseorang, yang diselenggarakan pada lingkup pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi.  divisi olahraga prestasi khusus yang mewadahi atlet disabilitas yaitu paralympic. ini adalah kompetisi olahraga khusus yang peraturannya disetujui oleh International Paralympic Committee (IPC), dimana selaku federasi tertinggi internasional dan organisasi resmi di Indonesia adalah National Paralympic Committee(NPC). Organisasi ini merupakan intitusi resmi yang menaungi atlet-atlet dan olahraga khusus penyandang disabilitas di Indonesia. NPC (National Paralympic Committee) menaungi beberapa olahraga khusus penyandang disabilitas seperti dayung, renang, tenis meja, menembak, atletik, panahan,dan olahraga beregu yang menggunakan kursi roda. Jenis kecacatan yang dibina oleh NPC (National Paralympic Committee) antara lain cacat amputi, cacat les autress, cacat paraplegia, cacat cerebral palsy, cacat netra, dan lain-lain (tuna rungu wicara, tuna grahita). Dalam hal ini kemampuan secara fisik dan psikologis pasti berbeda dari atlet normal, pada atlet disabilitas pastinya mempunyai cara yang berbeda untuk memaksimalkan penampilannya pada saat sebelum, selama, dan sesudah pertandingan.
Banyak faktor dalam mempengaruhi penampilan atlet, salah satu faktor yang termasuk mempunyai peran penting yaitu faktor psikologis, permasalahan psikologis sering muncul ketika akan melakukan pertandingan adalah salah satunya kecemasan (anxiety), didalam dunia olahraga ini merupakan aspek yang memiliki kaitan yang sangat erat antara satu sama lain sehingga sulit untuk dipisahkan. Masalah kecemasan pra-kompetisi adalah salah satu masalah yang paling mendesak dalam psikologi olahraga modernIni telah diakuiselama bertahun-tahun bahwa faktor psikologiskecemasan khususnyamemainkan peran yang penting dalam kompetisi dan olahraga kompetitifsetiap atlet akan mengalami rasa takut sebelum, selama dan sesudah pertandingan. Kecemasan bahkan bisa membuat atlet yang paling sukses pun akan mengalami kegugupan.
Kecemasan (anxiety) menurut Durand (2006) adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisiapasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku, dan respon-respon fisiologis. Pada manusia kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang besifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah, dan resah), atau respons fisiologis yang bersumber di otak dan tercermin dalam bentuk denyut jantung yang meningkat dan otot yang menegang. Kecemasan adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, namun menurut Lazarus (1991) mendefinisikan kecemasan (anxiety) sebagai “…an unique emotion, because its hallmark, ambiguity (of the avalaible information) or an uncertainty (the resulting psychological state), which I believe stems mainly from its existential underpinnings, all but immobilize us with respect to coping”.Berdasarkan definisi tersebut, kecemasan merupakan emosi yang unik karena ditandai dengan perasaan ambiguitas (dari informasi yang tersedia) dan ketidaktentuan (kondisi psikologis yang diahsilkan). Kecemasan muncul karena individu memiliki dasar eksistensial. Adanya kecemasan dapat menghalangi individu dalam mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan kecemasannya.
Sehubungan dengan kecemasan yang kompetitif, kecemasan dapat dipandang dari dua dimensi, yaitu state anxiety dan trait anxiety. state anxiety dapat dikonseptualisasikan sebagai keadaan emosi sementara atau kondisi organisme manusia yang bervariasi dalam intensitas dan fluktuasi yang berlebihan. Kondisi ini ditandai dengan subjektif, perasaan sadar akan ketegangan, ketakutan dan aktivasi system saraf otonom. Ini adalah respon emosional yang cepat dan saat ini dapat berubah dari waktu ke waktu dan situasi berikutnya. Trait anxiety sudah tertanam dalam kepribadian seseorang dan individu dengan gangguan seperti ini cenderung melihat dunia sebagai tempat yang berbahaya dan mengancam. Dalam proses kompetisi dan kecemasan dasar dinamakan kecemasan kompetitif dasar. Kompetitif dasar adalah sebuah konstruk yang mendeskripsikan perbedaaan individu dalam kecenderungan untuk mempersepsi kompetisi sebagai sesuatu yang mengancam dan untuk merespon situasi tersebut dengan intensitas yang berbeda dari reaksi state anxiety.
Ada pula pengaruh kecemasan yang dikemukakan oleh Leunes (1985) bahwa pengaruh kecemasan dibagi menjadi dua yaitu kecemasan somatik (somatic anxiety) dan kecemasan kognitif (cognitive anxiety). Kecemasan somatik (somatic anxietyini mempengaruhi perubahan-perubahan fisiologis yang berkaitan dengan munculnya rasa cemas. Kecemasan somatik ini merupakan tanda-tanda fisik saat seseorang mengalami kecemasan, tanda-tanda tersebut antara lain: perut mual, keringat dingin, kepala terasa berat, muntah-munta, pupil mata melebar, dan otot menegang, sedangkan kecemasan kognitif (cognitive anxiety) adalah pikiran-pikiran cemas yang muncul bersamaan dengan kecemasan somatis. Pikiran-pikiran cemas tersebut antara lain kuatir, ragu-ragu, bayangan kekalahan atau merasa malu. Pikiran-pikiran tersebut membuat seseorang selalu merasa dirinya cemas. Makin tinggi kekhawatiran, makin buruk penampilan atlet.
Menurut beberapa ahli psikolog, psikis dalam kegiatan olahraga. James E. Lohr dalam Gunarsa mengatakan bahwa “at least 50 percent of the process of playing well is the result of mental and psychological factor” atau dengan kata lain 50 persen dari proses bermain baik adalah hasil dari faktor mental dan psikologis.
Dengan hasil yang diperoleh, peneliti berharap bahwa nantinya akan diperoleh data yang bisa digunakan untuk mengoptimalisasikan para atlet paralympic dan merancang strategi yang diperlukan untuk meminimalisir kecemasan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 1989: 3) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Subjek penelitian yaitu atlet paralympic dengan cabor tenis meja dari Jawa Tengah yang berjumlah 4 orang atlet, yang sedang mengikuti ujicoba di Surabaya. Subjek berusia antara 22-25 tahun. Atlet paralympic ini penyandang tunadaksa. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 1989: 135).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecemasan menghadapi pertandingan kompetisi dapat disebabkan ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi ketakutan akan kegagalan (fear of failure), ketakutan akan cedera fisik, ketakutan akan penilaian sosial, dan faktor eksternal meliputi ketidaktahuan akan kekuatan lawan yang akan dihadapi, teror dari penonton, dan kekacauan dari latihan rutin (Husdarta, 2010). Dari hasil analisis peneliti dijelaskan pada masing-masing faktor:
1.      Faktor internal
a.    Ada 2 atlet disabilitas yang berinisial GC dan AN mengalami kecemasan dari faktor internal, penyebabnya yaitu takut bermain buruk ketika pertandingan dan masih minimnya pengalaman bertanding atau jam terbang,  sehingga atlet akan mengalami ketakutan akan kegagalan (Fear of failure).

b.    Atlet disabilitas yang berinisial A mengalamikecemasan disebabkan oleh minim pengalaman, merasa lawan lebih hebat dari dirinya dan hilang konsentrasi saat bertanding. Dalam hal ini menyebabkan fail of failure (ketakutan akan mengalami kegagalan) terhadap atlet diabilitas yang bersangkutan.

Dalam hal ini atlet-atlet ini mengalami trait anxiety yang tinggi, yaitu suatu predisposisi untuk mempersepsikan situasi lingkungan yang mengancam dirinya. Kondisi emosi, baik pada kecemasan maupun stres, adalah sesuatu yang wajar muncul. Bahkan dalam situasi-situasi tertentu, kondisi ini dibutuhkan agar membangkitkan gugahan emosi dalam bentuk kegairahan untuk melakukan sesuatu, meskipun dibayang-bayangi oleh ketakutan gagal. Jika seorang atlet pada dasarnya memiliki trait anxiety, maka manifestasi kecemasannya akan selalu berlebihan dan mendominasi aspek psikisnya. Hal ini merupakan kendala yang serius bagi atlet tersebut untuk dapat berpenampilan baik seperti yang dikemukakan oleh Gunarsa (2008).

c.         Atlet disabilitas yang berinisial GR ini memilki kecemasan (anxiety) yang rendah seperti hanya mencemaskan strategi yang akan dipakai lawan, dan juga menganggap lawan lebih unggul dalam hal pengalaman bertanding. Atlet ini mampu mengendalikan kecemasannya ketika akan bertanding.

Pada atlet ini juga mengalami trait anxiety, namun dalam taraf intensitas yang rendah, kecemasannya sering berubah-ubah dari suatu waktu ke waktu yang lainnya, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang terjadi saat ini. Kecemasan pada kadar yang rendah membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah langkah mencegah bahaya atau memperkecil bahaya tersebut. Kecemasan sampai pada taraf tertentu dapat mendorong meningkatnya performa.

Secara teoritis, seorang atlet yang didominasi oleh trait anxiety dapat mengubah gambaran kepribadiannya tersebut melalui berbagai pengalaman positif tertentu, seperti meraih sukses terus-menerus. Namun pada seorang atlet yang sebenarnya berpotensi sangat baik untuk dapat berprestasi atau meraih gelar juara, akhirnya gagal akibat sifatnya yang sangat pencemas dan mudah tegang. Atlet tersebut bahkan mungkin mengundurkan diri sebelum tampil maksimal karena tidak dapat menguasai kecemasannya.
Sumber penyebab atlet mengalami kecemasan (anxiety) dari sisi faktor internal yaitu:
a.         Atlet terlalu terpaku pada kemampuan teknisnya, akibatnya atlet didominasi oleh pikiran-pikiran yang terlalu membebani, seperti komitmen yang berlebihan bahwa dia harus bermain dengan baik
b.        Munculnya pikiran-pikiran negatif, seperti ketakutan akan dicemooh oleh penonton jika seorang atlet tidak memperlihatkan penampilan yang baik. Pikiran-pikiran negatif tersebut menyebabkan atlet mengantisipasi suatu kejadian yang negatif.
c.         Alam pikiran atlet akan sangat dipengaruhi oleh kepuasan yang secara subjektif ia rasakan di dalam dirinya. Padahal hal tersebut sering kali tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atau tuntutan dari pihak lain seperti pelatih dan penonton. Pada atlet akan muncul perasaan khawatir akan tidak mampu memenuhi keinginan pihak luar sehingga menimbulkan ketegangan baru (Gunarsa, 2008).
Pada pengaruhnya kecemasan dibagi menjadi dua dimensi yaitu kecemasan somatik (somatic anxiety) dan kecemasan kognitif (cognitive anxiety). Kecemasan somatic (somatic anxiety) ini mempengaruhi perubahan-perubahan fisiologis yang berkaitan dengan munculnya rasa cemas. Kecemasan somatik ini merupakan tanda-tanda fisik saat seseorang mengalami kecemasan, tanda-tanda tersebut antara lain: perut mual, keringat dingin, kepala terasa berat, muntah-munta, pupil mata melebar, dan otot menegang, sedangkan kecemasan kognitif (cognitive anxiety) adalah pikiran-pikiran cemas yang muncul bersamaan dengan kecemasan somatis. Pikiran-pikiran cemas tersebut antara lain kuatir, ragu-ragu, bayangan kekalahan atau merasa malu. Pikiran-pikiran tersebut membuat seseorang selalu merasa dirinya cemas. Makin tinggi kekhawatiran, makin buruk penampilan atlet
Kedua jenis kecemasan tersebut terjadi secara bersamaan, artinya ketika seorang atlet mempunyai keragu-raguan saat akan bertanding, maka dalam waktu yang bersamaan dia akan mengalami kececemasan somatis, yakni dengan adanya perubahan-perubahan fisiologis, namun memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penampilan atlet.
2.        Faktor eksternal
Untuk faktor eksternal ini secara keseluruhan semua atlet tidak begitu mengalami kecemasan yang berarti, secara umum kecemasan yang timbul hanya dikarenakan tuntutan dari manajamen tim, banyaknya penonton, dan ketidaktahuan atlet akan informasi-informasi yang berkaitan dengan calon lawan yang akan dihadapinya nanti, namun dari beberapa kecemasan, yang sering terjadi pada atlet disabilitas adalah banyaknya penonton didalam area pertandingan.
Pada faktor eksternal ini ada beberapa yang menjadi sebab akan munculnya kecemasan, yaitu:
a.    Munculnya rangsangan yang membingungkan. Rangsangan tersebut dapat berupa tuntutan atau harapan dari luar yang menimbulkan keraguan pada atlet untuk mengikuti hal tersebut, atau sulit dipenuhi. Keadaan ini menyebabkan atlet mengalami kebingungan untuk menentukan penampilannya, bahkan kehilangan kepercayaan diri.
b.    Pengaruh massa atau penonton. Dalam pertandingan apa pun, emosi massa sering berpengaruh besar terhadap penampilan atlet, terutama jika pertandingan tersebut sangat ketat dan menegangkan. Reaksi masssa dapat bersifat mendukung, sehingga ketegangan yang ada pada atlet menjadi positif. Dalam keadaan yang demikian, atlet akan merasa seolah-olah apa saja yang ia lakukan dapat berhasil dengan baik. Ketegangan yang positif akibat pengaruh lingkungan dapat membangkitkan suatu upaya untuk mengalahkan lawan dengan gerakan atau pukulan yang luar biasa, seakan-akan secara tiba-tiba muncul kekuatan batu. Sebaliknya, reaksi massa juga dapat berdampak negatif, yaitu jika penonton berada suasana emosi yang meluap-luap dan menuntut sehingga mengeluarkan teriakan yang negatif. Hal ini menyebabkan atlet menjadi serba salah dalam bertindak, sehingga penampilan atlet menjadi sangat buruk.
c.    Saingan-saingan lain yang bukan lawan tandingnya. Seorang atlet menjadi sedemikian tegang ketika menghadapi kenyataan bahwa ia mengalami kesulitan untuk bermain sehingga keadaannya menjadi terdesak. Pada saat harapan untuk menang sedang terancam, akan muncul berbagai pemikiran-pemikiran negatif.
d.   Pelatih yang memperlihatkan sikap tidak mau memahami bahwa ia telah berupaya sebaik-baiknya. Pelatih seperti ini sering menyalahkan atau bahkan mencemooh atletnya, yang sebenarnya dapat menguncangkan kepribadian atletnya tersebut.
e.    Hal-hal non teknis, seperti kondisi lapangan, cuaca yang tidak bersahabat, angin yang bertiup terlalu kencang, atau peralatan yang dirasakan tidak memadai.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang dibahas mengenai kecemasan pada atlet disabilitas (Paralympic) ketika akan bertanding, didapatkan atlet disabilitas (paralympic) mengalami trait anxietydengan taraf yang tinggi. Faktor yang menyebabkan kecemasan dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang menyebabkan kecemasan paling dominan pada atlet disabilitas (paralympic) adalah faktor internal, kecemasan yang ditimbulkan oleh faktor internal secara umum sama yaitu  ketakutan akan mengalami kegagalan (Fear of failure). Faktor internal lain yang juga dapat menimbulkan kecemasan namun tidak begitu berdampak pada atlet disabilitas yang meliputi kecemasan akan strategi lawan yang akan diterapkan pada pertandingan dan menganggap lawan lebih unggul dalam hal pengalaman bertanding dan mucum kecemasan faktor eksternal seperti banyaknya penonton di area pertandingan, namun tidak begitu memiliki dampak yang mengkhawatirkan pada atlet disabilitas ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amasiatu, Athan. N. & Uko, Ime Sampson 2013. Coping With Pre Competitive Anxiety In Sports Competition. European Journal of  Natural and Applied Sciences. 1 (1) : 1-9.
Burton, Damon, and Naylor, Sarah 1997. Is Anxiety Really Facilitative? Reaction to the Myth that Cognitive Anxiety Always Impairs Sport Performance. Journal Of Applied Sport Psychology. 9 : 295-302.
Cox, Richard (1985). Sport Psychology: Concepts and Aplications (2nd). New York:  Wm.C. Brown Publishers.
Dabas,  Neeraj. 2014.  Sports Competition Anxiety as a Psychological Trait between Indian Paralympics Sportsmen and Regular Athletes. Indian Journal of Movement Education and Exercises Sciences (IJMEES), 4 (2): 1-6.
Graydon, Jan 2002. Stress And Anxiety In Sport. Sport and Exercise, 15 (8) : 408-410.
Jarvis, Matt (2006). Sport Psychology: A Student’s Handbook. New York: Routledge. (Handbook)
Leunes, Arnold, & Nation Jack R. (2002). Sport Psychology (3rd ed.). United States of America: Wadsworth.

Parnabas,  Vincent A. 2012. Anxiety and Imagery of Green Space among Athletes.  British Journal of Arts and Social Sciences.4 (1) : 67-72
Singh,  Amritpreet, and Gauray, Vishaw 2011.  A Study of Pre-Competitive and Post-Competitive Anxiety Level of Inter-collegiate Volleyball Players. International Journal of Sports Science and Engineering. 5 (4) : pp 237-241.
Strahler, K., Ehrlenspiel, F., Heene, M., Brand, R. 2010. Competitive anxiety and cortisol awakening response in the week leading up to competition. Psychology of Sport and Exercise, 11; 148-154.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL APA ITU GOLDEN WINDOW & MANFAATNYA BAGI PELAR

Memperhatikan nutrisi dari asupan makanan itu penting, namun mengatur waktu untuk mengkonsumsinya juga tak kalah penting.Tak hanya nutrisi sebelum lari, atlet juga harus memprioritaskan asupan makanan sesudah latihan atau pertandingan. Sport Nutrition expert dari POCARI SWEAT SPORT SCIENCE, Matthew Blaylock Ph.D, juga menyetujui hal ini. Ia menyatakan bahwa terdapat waktu khusus untuk mengkonsumsi nutrisi pasca latihan agar manfaat gizinya dapat benar-benar diserap tubuh dan berdampak nyata pada peningkatan performa. Waktu khusus ini disebut dengan Golden Window. Mengenal Golden Window Golden Window adalah waktu terbaik para atlet untuk mengkonsumi asupan gizi. Dalam jendela waktu ini, otot pada tubuh sedang ada dalam kondisi prima untuk menerima nutrisi yang dapat menstimulasi proses perbaikan, pertumbuhan, dan kekuatan otot. Jendela ini terbuka dalam rentang waktu yang cukup cepat. Penelitian menunjukkan bahwa Golden Window ini hanya ada pada 0-60 menit pertama setelah para at...

Memulai Fitness : Mengenal Bulking dan Cutting

Untuk orang yang baru memulai fitness atau body building seperti saya, gagal dan berhenti di tengah jalan itu bukan sesuatu yang mengejutkan lagi. Kebanyakan dari pemula seperti saya berhenti di tengah jalan karena beberapa alasan, salah satunya adalah saya enggak tahu fitness ini mau ngapain dulu. Apakah bulking, atau cutting terlebih dahulu. Lalu, apa itu bulking dan cutting? Bulking  adalah istilah yang ada dalam body building, yaitu masa dimana kita berusaha untuk menambah masa otot sebanyak mungkin, atau bahasa awam sih : ngegedein badan. Tapi yang perlu diperhatikan adalah, ngegedein badan disini bukan berarti memperbanyak makan biar jadi besar. Karena kalau gitu, maka badan tambah besar bukan hanya masa otot yang bertambah, namun body fat naik. Secara teori, bulking dapat dilakukan dengan diet sehat dan latihan beban yang intense. Diet disini maksudnya adalah memperhatikan apa yang kita konsumsi, agar dapat membantu masa otot bertambah namun tidak diikuti de...